Analisis Strategi Insentif BIJB Kertajati: Menjamin Keberlanjutan Rute Penerbangan Baru

Jumat, 05 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Adam Naufal
BIJB Kertajati menerapkan model insentif finansial yang detail, dihitung dari biaya avtur dan operasional, untuk melindungi maskapai dari kerugian di masa awal pembukaan rute domestik baru.

Majalengka - Belajar dari pengalaman di mana rute domestik bisa hadir dan pergi dengan cepat, manajemen Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati memutuskan untuk mengubah paradigma. Menjelang rencana reaktivasi tiga rute domestik pada 2026, mereka tidak lagi mengandalkan insentif konvensional, tetapi memperkenalkan skema yang lebih cerdas dan berbasis data. Skema baru ini dirancang untuk secara langsung mengatasi kekhawatiran utama maskapai: risiko kerugian pada fase awal operasi di rute yang belum terbukti pasarnya.

Skema tersebut bekerja dengan prinsip kemitraan dan perhitungan yang transparan. BIJB akan duduk bersama dengan calon maskapai mitra untuk menyepakati angka pendapatan minimal yang dibutuhkan per penerbangan agar maskapai tidak mengalami kerugian. Angka ini mencakup komponen-komponen besar seperti biaya bahan bakar pesawat (avtur) dan seluruh biaya operasional lainnya. Sebagai contoh, jika disepakati bahwa pendapatan Rp400 juta diperlukan untuk menutup semua biaya tersebut, maka skema insentif akan aktif bekerja di sekitar angka tersebut.

Mekanisme pemberian insentifnya pun bersifat kondisional dan terukur. Target keterisian kursi, misalnya 60%, ditetapkan sebagai batas ambang keberhasilan. Jika dalam operasionalnya, maskapai berhasil mencapai atau melampaui target keterisian tersebut, maka insentif tidak diperlukan karena rute dianggap sudah sehat secara finansial. Sebaliknya, jika keterisian hanya mencapai level yang lebih rendah, katakanlah 55%, maka kekurangan pendapatan dari target yang telah disepakati akan ditanggung oleh bandara melalui skema insentif ini.

Pendekatan ini diharapkan mampu menciptakan sinergi jangka panjang. Bagi maskapai, skema ini mengurangi risiko dan memberikan rasa aman untuk mencoba pasar baru di Kertajati. Bagi bandara, investasi insentif ini merupakan langkah strategis untuk membangun pasar dari nol dan menjamin bahwa rute yang dibuka tidak akan mudah ditinggalkan begitu saja. Imam Rasyidin, Corporate Secretary Manager BIJB, menegaskan bahwa model seperti ini belum pernah dilakukan sebelumnya di bandara tersebut.

Keberhasilan skema ini juga sangat tergantung pada faktor eksternal, salah satunya adalah harga avtur. BIJB menyadari bahwa insentif apapun akan kurang efektif jika harga avtur di Kertajati tetap secara struktural lebih tinggi daripada bandara pesaing. Oleh karena itu, upaya paralel untuk mendorong penyesuaian harga avtur melalui pertemuan dengan Pertamina terus dilakukan sebagai bagian dari penciptaan iklim bisnis yang kompetitif.

Jika berhasil, strategi insentif yang terukur ini diharapkan tidak hanya menghidupkan rute ke Denpasar, Balikpapan, dan Makassar, tetapi juga menjadi blueprint untuk pengembangan rute-rute domestik dan internasional baru di masa depan, mengantarkan Kertajati menuju visinya sebagai bandara hub yang berkelanjutan.

(Adam Naufal)

Baca Juga: Politik Luar Negeri Mandiri: Kolombia Tantang Wacana AS Soal Venezuela
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.