Jakarta - Dalam era di mana teknologi telah mengubah lanskap pendidikan dan evaluasi secara global, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengambil langkah proaktif. Program penyiapan 1.087 fasilitator untuk pelatihan guru Bahasa Inggris tidak hanya mengangkat aspek pedagogi tradisional, tetapi secara khusus menempatkan penguatan literasi digital sebagai fondasi utama. Penekanan ini merupakan respons strategis terhadap dua hal: maraknya penerapan digital assessment (penilaian digital) dalam ujian internasional dan nasional, serta kebutuhan untuk memenuhi gaya belajar siswa generasi digital yang akrab dengan dunia online.
Salah satu kompetensi digital utama yang akan dilatih adalah kemampuan guru dalam menciptakan dan mengkurasi materi ajar interaktif. Fasilitator akan membimbing guru untuk memanfaatkan berbagai alat dan platform digital, seperti aplikasi pembuat video animasi sederhana, software presentasi interaktif, dan situs web yang menyediakan permainan edukatif (educational games) berbahasa Inggris. Dengan demikian, guru dapat menghadirkan konten yang tidak hanya informatif, tetapi juga menarik dan sesuai dengan dunia siswa, sehingga meningkatkan keterlibatan (engagement) dalam pembelajaran.
Aspek penilaian juga mengalami transformasi digital melalui pelatihan ini. Guru akan diperkenalkan dengan berbagai tools untuk melakukan digital assessment atau penilaian formatif secara online, seperti kuis interaktif yang memberikan umpan balik instan, platform untuk penugasan digital, dan portofolio elektronik. Kemampuan ini memungkinkan guru memantau perkembangan siswa secara lebih real-time dan personal, sekaligus membiasakan siswa dengan format evaluasi digital yang akan sering mereka temui di tingkat yang lebih tinggi, termasuk ujian standar internasional.
Pelatihan juga mencakup strategi efektif untuk mengelola pembelajaran hybrid dan daring. Pasca-pandemi, model pembelajaran campuran (blended learning) menjadi keniscayaan. Oleh karena itu, guru akan dibekali keterampilan mengelola kelas virtual, memfasilitasi diskusi kelompok secara online, serta menggunakan Learning Management System (LMS) sederhana untuk mengorganisir materi dan tugas. Hal ini memastikan kontinuitas pembelajaran dan penguasaan bahasa dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, melampaui batas ruang kelas fisik.
Fasilitator sendiri telah melalui pembekalan intensif mengenai tren edtech terkini dan best practices dalam integrasi teknologi. Mereka tidak hanya diajarkan??????, tetapi juga bagaimana mengevaluasi kualitas sumber belajar digital, memahami prinsip keamanan siber dan etika digital dalam pembelajaran, serta mendorong pemanfaatan teknologi yang kreatif dan bertanggung jawab di kalangan guru. Dengan bekal ini, mereka diharapkan dapat menjadi konsultan teknologi pendidikan bagi guru di daerah.
Dampak dari penekanan pada literasi digital ini diharapkan bersifat multi-level. Di tingkat guru, muncul kepercayaan diri dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas mengajar. Di tingkat siswa, mereka tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga menjadi terampil dalam menggunakan teknologi untuk tujuan belajar dan komunikasi yang positif. Secara sistemik, sekolah-sekolah didorong untuk semakin mengadopsi teknologi, menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih modern dan terkoneksi.
Dengan fokus yang kuat pada literasi digital, program Kemendikbudristek ini tidak sekadar meningkatkan kemampuan berbahasa, tetapi juga menyelaraskan kompetensi guru dengan tuntutan zaman. Langkah ini merupakan investasi penting untuk memastikan bahwa pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia tidak tertinggal, tetapi justru mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk melompat lebih jauh, menghasilkan generasi yang fasih berbahasa Inggris dan cakap digital sekaligus.